Ingin kemudian ku rangkai kata
Namun tinta penaku t'lah luruh mengering bersama duka
Ingin ku lukiskan berjuta indah kejora
Namun kanvasku telah luruh lebur dalam air mata
Lelah sudah aku mencari
Merintih dan tertatih dalam jejak langkah
Mengayuh sebuah biduk rapuh
Dalam pengembaraan sunyi
Sebuah sepi yang tiada pernah henti
Aku hanya ingin sebuah kata saja
Yang terlontar disuatu saat
Namun bila kemudian kelu yang terdengar
Diam seribu bahasa...
Dalam sekian masa... Sesungguhnya yang terjadi adalah aku sedang membunuh rasa
Yang ingin ku tenggelamkan jauh- jauh
Dan ku kuburkan dilapisan lava terdalam
Maka kelu itu adalah sebuah pertempuran yang tak pernah aku menangkan...
Dan bila kemudian suatu saat
Akhirnya ada kata terucap
Bukan sebuah pemuasan atas ingin yang begitu menggejolak
Sebab itu adalah wujud lain dari pembunuhan ego
Yang mencoba bersembunyi dalam pendaman hati yang terdalam
Namun terkadang meluap diam- diam
Entah dalam bentuk ekspresi apa
Adakah sebuah bodoh... Dalam pencarian jalan, merekatkan sebuah asa dilautan badai?
Aku menaruh awamku begitu saja
Dalam lautan asa yang debur gelombangnya begitu menggelora
Buih-buih pesonanya yang timbul tenggelam Terhempas Dan memagnet dahsyat..
Menggiringku ke sebuah pusaran
Atas nama cinta
Aku ingin mencintaiMU sepenuhnya
Sedalam hati yang tak pernah terselami Atau setinggi ego...
Yang tak pernah terukur selalu meninggi
Sejak aku mengenal rasa itu Ia terus hadir
Dalam setiap detik perjalanan hidup
Perpaduan emosi dan kenyataan
Ketika setiap hal yang dilakukan harus karena cinta kepadaNYA
Ah, namun kemudian aku masih bodoh memaknai cinta
Aku hanya sebutir debu nebula
Yang bermimpi menggapai kejora
Namun adakah diriku salah...
Ketika aku mendamba sangat...
Untuk dapat berdekatan selalu
Mendekap hangat dan berbincang dekat
Mengisi malam berduaan saja Menghabiskan sisa malam menjelang Shubuh tiba Bercengkrama...
Menaruh sebuah harapan... Memohonkan asa...